Selasa, 07 Juni 2016

Tahap Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)

DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada panjang gelombang maksimum 517 nm dan berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning (Kikuzaki, dkk., 2002:2161-2168).

Metode dengan pereaksi DPPH ini merupakan metode yang cepat, mudah, dan peka untuk digunakan sebagai metode uji aktivitas peredaman radikal bebas. Selain itu metode DPPH ini dapat digunakan pada sampel yang kecil atau sedikit. DPPH juga merupakan radikal bebas yang stabil dapat digunakan untuk menentukan sifat aktivitas peredaman radikal bebas suatu ekstrak (Hanani, 2005:130-131).

Metode uji aktivitas peredaman radikal bebas DPPH secara kualitatif dilakukan dengan cara menyemprotkan senyawa radikal bebas DPPH ini pada pelat KLT. Bercak kuning pada latar ungu menunjukkan adanya aktivitas peredaman radikal bebas (Nugraha, 2008:21).

Metode uji aktivitas peredaman radikal bebas DPPH secara kuantitatif dapat ditentukan harga IC50 berdasarkan grafik regresi linier yang diperoleh. IC50 merupakan suatu parameter dalam penentuan aktivitas antioksidan, berupa konsentrasi zat antioksidan yang efektif untuk menghambat 50% aktivitas radikal bebas DPPH. Nilai IC50 diambil dari persamaan grafik regresi linier antara persen inhibisi berdasarkan absorbansi sampel dengan blanko yang diukur dengan spektrofotometer cahaya tampak pada panjang gelombang 517 nm (Molyneux, 2003:213). 

Disusun: N. Linda R.D.




Kromatografi dan Kromatografi lapis tipis

Kromatografi, Kromatografi lapis tipis (KLT), Thin Layer Chromatograpy
                   (Gambar ilustrasi I)
A. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fasa diam dan fasa gerak. Teknik kromatografi ini sudah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai
macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun komponen anorganik. Berdasarkan pada alat yang digunakan kromatografi dapat dibagi atas kromatografi kertas, Kromatografi lapis tipis (KLT), Kromatografi kolom, Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan Kromatografi gas (Gandjar & Rohman, 2012:323-324).
 
(Gambar ilustrasi II)
B. Kromatografi Lapis Tipis
KLT merupakan bentuk kromatografi planar yang fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat plastik. Kromatografi Lapis Tipis memiliki beberapa keuntungan dibanding teknik kromatografi lain diantaranya, KLT lebih mudah, murah, dan peralatannyapun lebih sederhana dibandingkan dengan kromatografi kolom (Gandjar & Rohman, 2012:353).
Fasa diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap yang berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fasa diam dan semakin sempit kisaran ukuran fasa diam, maka semakin baik kinerja Kromatografi Lapis Tipis dalam hal efesiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa. Mekanisme utama pada KLT adalah partisi dan absorbsi. Lapisan tipis yang digunakan sebagai penjerap terbuat dari silika yang telah dimodifikasi. Pada fasa gerak KLT ini berupa satu pelarut atau lebih yang harus memliki kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan suatu teknik pemisahan yang sensitif (Gandjar & Rohman, 2012:354, 359).
Jarak yang ditempuh senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan bilangan Rf. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik awal dan puncak bercak yang dihasilkan senyawa, kemudian dibagi dengan jarak antara titik awal dan garis depan (yaitu jarak yang ditempuh cairan pengembang). Bilangan Rf selalu berupa pecahan dan terletak antara 0,01 dan 0,99 (Harbone, 1996:11).


Disusun: N. Linda R.D.

Sabtu, 04 Juni 2016

prinsip kerja spektrofotometri uv-vis lengkap

Spektrofotometri uv-sinar tampak, Spektroskopi uv-visible

Spektofometri UV sinar tampak adalah teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometer UV sinar tampak melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada

molekul yang dianalisi. Sehingga lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995:40).


Spektrofotometer UV sinar tampak merupakan alat yang dipakai untuk analisis kuantitatif dan kualitatif dengan pengukuran absorbansi yang digunakan untuk penetapan kadar bahan aktif. Alat ini terdiri dari sumber radiasi (lampu wolfram), monokromator, tempat untuk sampel (kuvet), detektor, dan rekorder (Krisnandi, 2002:52).


Prinsip kerja dalam spektrofotometri UV sinar tampak yaitu menggunakan sumber cahaya dari sinar UV dan sinar tampak dengan pengaturan berkas cahaya menggunakan monokromator. Berkas sinar selanjutnya masuk ke dalam sampel, sinar yang tidak diserap dan disebar oleh sampel akan masuk ke detektor dan akan diolah sehingga muncul nilai absorbansi pada layar (Fessenden, 1997:346).


Disusun: N. Linda R.D.